PADA era serba digital saat ini, banyak anak-anak yang kecanduan dengan game online. Tak jarang, banyak dari mereka yang bermain game online setiap hari bahkan hingga lupa waktu. Game online yang dimainkan oleh anak-anak tentunya memiliki dampak negatif jika dilakukan terlalu sering. Yakni menyebabkan terhambatnya perkembangan kemampuan interpersonal pada anak. Anak yang sering bermain game online akan menjadi pribadi yang individualis dan tidak memiliki komunikasi sosial yang baik.

Selain itu, ketika anak-anak ditanya mengenai permainan tradisional seperti congklak, bentengan, gobak sodor, mereka mengatakan tidak mengetahui dan tidak pernah memainkannya. Ketidaktahuan anak-anak mengenai permainan tradisional merupakan suatu hal yang memprihatinkan. Keadaan ini harus segera mendapatkan perhatian dari semua pihak, agar permainan tradisional tidak musnah dengan waktu.  

Atas keprihatinan ini, dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang berkolaborasi dengan dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Unusa melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Yaitu mengenalkan permainan tradisional pada anak-anak di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Ar-Rasyid, Bangkalan.

Kegiatan ini ditujukan untuk anak-anak dengan rentang usia 6-12 tahun. Pengenalan permainan tradisional akan dilaksanakan setiap hari dari jam 17.00-19.00 WIB di TPA Ar-Rasyid, Bangkalan, dengan total empat kali pertemuan.

Pada pertemuan pertama anak-anak akan diberikan kuisioner kecerdasan interpersonal terlebih dahulu yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Kemudian, anak-anak akan diberikan pengarahan untuk bermain bentengan.

Setelah itu, pada pertemuan kedua anak-anak akan diberikan arahan untuk bermain gobak sodor. Anak-anak dibagi menjadi empat tim, masing-masing tim terdiri dari 3 anak. Hari ketiga anak-anak akan diberikan petunjuk bermain dakon. Permainan dakon akan dilakukan secara bergantian.  

Permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak pada hari keempat adalah engkel. Pada akhir sesi pertemuan keempat, anak-anak akan diberikan kuesioner kecerdasan interpersonal sebagai bentuk evaluasi dari kegiatan pengabdian masyarakat ini.

Dampak dari pelaksanaan pengenalan permainan tradisional adalah anak menjadi memiliki sosial sensitivity yang lebih baik. Misalnya anak lebih akrab dengan temannya, ikut membantu menenangkan temannya ketika marah, dan bersikap terbuka. Selain itu, anak juga memiliki sosial insight dengan menunjukkan rasa senang ketika bermain bersama, menghormati hasil keputusan kelompok, dan meningkatkan karakter leadership. Kemudian, anak juga dapat meningkatkan komunikasi sosial yaitu bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik.

Hubungan sosial dan interaksi terjalin dengan baik akibat permainan tradisional yang dijalankan. Hal ini tentunya akan membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.(***)