STROKE masih menjadi salah satu tantangan terbesar dalam dunia kesehatan. Tak hanya di dunia, di Indonesia sendiri jumlah penderita stroke terus meningkat dari 7% di tahun 2013 menjadi 10,9% pada 2018.

Di lingkungan RW 03 Kelurahan Banyuurip, jumlah kasus pasca-stroke bahkan mencapai 34% dari total penduduk. Sayangnya, banyak penderita yang enggan memeriksakan diri kembali setelah pulang dari rumah sakit. Akibatnya, proses pemulihan tidak berjalan optimal dan resiko kecacatan pun meningkat.

Padahal, penderita stroke membutuhkan dukungan berkelanjutan, mulai dari edukasi pola makan, pengobatan rutin, hingga rehabilitasi fisik dan mental. Semua ini penting agar mereka bisa kembali mandiri dan kualitas hidupnya meningkat. Untuk itu, peran keluarga dan masyarakat, terutama kader kesehatan, sangat penting dalam membantu proses pemulihan pasien post-stroke.

Melihat kondisi ini, tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan   (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menginisiasi sebuah program edukatif bertajuk “Stroke Self-Management Program”. Kegiatan ini digagas oleh lima dosen FKK Unusa, yaitu Imamatul Faizah, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep; Dr. Yanis Kartini, S.KM., M.Kep; Ratna Yunita Sari, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep; Riska Rohmawati, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep; dan Nurlisa Naila Aulia, dr., Sp.N. Bersama para kader Surabaya Hebat, mereka memberikan pelatihan dan edukasi kepada warga serta keluarga penderita stroke di RW 03 Kelurahan Banyuurip.

Tujuannya adalah agar masyarakat dapat membantu penderita dalam menjalani perawatan mandiri di rumah mulai dari manajemen pola makan, kepatuhan konsumsi obat, hingga rehabilitasi harian. Sebelumnya, para kader Surabaya Hebat lebih banyak berfokus pada isu kesehatan umum seperti PHBS, ASI eksklusif, vaksinasi, hingga pengelolaan TBC. Melalui program ini, mereka kini memperoleh pengetahuan baru mengenai perawatan pasca-stroke yang dapat mereka teruskan kepada masyarakat.

Pendekatan stroke self-management ini terbukti efektif. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa program ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, motivasi, dan perilaku perawatan diri penderita stroke. Edukasi yang diberikan juga membantu mengurangi beban keluarga serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

Melalui kegiatan pengabdian ini, para kader tidak hanya dibekali dengan ilmu, tetapi juga diberdayakan untuk menjadi pendamping kesehatan yang tangguh bagi pasien di lingkungannya. Harapannya, setelah program ini berakhir, kader dapat terus mendampingi warga dengan konsisten sehingga edukasi kesehatan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berdampak jangka panjang. Karena pemulihan bukan hanya tugas rumah sakit, tapi juga tugas kita bersama. (***)