HUMAS IMMUNODEFICIENCY VIRUS / Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih sering kita kenal dengan HIV/AIDS merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh, sehingga penderitanya sangat rentan terhadap berbagai penyakit lainnya. Hingga kini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami cara penularan maupun pencegahannya. Kondisi ini menimbulkan stigma terhadap penderita HIV/AIDS dan terkendala dalam kehidupan bersosial nya.

Situasi ini menggerakkan para dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) untuk melakukan aksi nyata. Melalui program pengabdian masyarakat dengan tema “E-Health HIV sebagai Strategi Pencegahan Dini Penyakit Menular Seksual Human Immunodeficiency Virus” yang dilaksanakan di Kelurahan Banyu Urip, Kecamatan Sawahan.

Lokasi ini dipilih karena masih banyak warga setempat yang enggan memeriksakan kondisi kesehatannya, serta minimnya informasi mengenai HIV/AIDS. Mereka belum menyadari bahwa hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi atau pengaman menjadi salah satu penyebab utama penularan virus ini.

Kondisi tersebut begitu memprihatinkan, mengingat HIV/AIDS bisa menyebabkan kematian. Komitmen FKK Unusa dalam memberikan manfaat kepada masyarakat begitu tinggi. Dalam situasi ini FKK Unusa memberikan edukasi kesehatan yang memanfaatkan teknologi digital, yakni E-Health.

Edukasi dilakukan dengan menyampaikan informasi mengenai deteksi dini, cara penularan, serta strategi pencegahan HIV/AIDS secara praktis, murah, dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Kegiatan edukasi yang dilakukan tim dosen FKK Unusa terbukti membawa dampak nyata. Warga yang mengikuti program ini menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan terkait HIV/AIDS. Sebelum edukasi, hanya sekitar 58,20% peserta yang memahami pentingnya deteksi dini HIV/AIDS, namun angka ini melonjak menjadi 72,67% setelah mengikuti kegiatan.

Pengetahuan tentang upaya pencegahan juga mengalami peningkatan tajam, dari sebelumnya 50% menjadi 71%. Tak hanya itu, pemahaman masyarakat tentang cara penularan HIV pun naik dari 42,33% menjadi 70%, dan kesadaran akan siapa saja yang termasuk kelompok berisiko tertular meningkat pesat dari 40% menjadi 72,33%. Fakta ini menunjukkan bahwa edukasi yang tepat mampu mengubah cara pandang dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman HIV/AIDS.

Tak hanya berhenti pada pengetahuan individu, kegiatan ini juga mengajak keluarga untuk menjadi role model dalam perilaku hidup sehat. Melalui pendekatan ABCD dan E (Abstinence, Be faithful, Condom, Drug-free, dan Education), warga diajak lebih peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Program ini menjadi bagian dari gerakan masyarakat yang peduli HIV/AIDS, mendorong terbentuknya budaya baru dengan periksa lebih awal, tahu lebih cepat, serta cegah lebih luas.Program “E-Health HIV” bukan hanya sekedar sosialisasi. Ini adalah bentuk nyata kontribusi dunia pendidikan dalam menekan angka penularan HIV/AIDS di masyarakat. Edukasi yang dikemas dengan pendekatan modern ini mampu membuka mata warga bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, apalagi ketika menyangkut penyakit serius seperti HIV/AIDS. Mari bersama-sama melawan HIV/AIDS dengan ilmu, empati, dan aksi nyata! (***)