DI era digital, belajar tidak lagi terbatas pada ruang kelas. E-learning hadir sebagai solusi fleksibel yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Meskipun praktiks, nyatanya masih banyak mahasiswa yang merasa cepat bosan, kehilangan motivasi, bahkan berhenti di tengah jalan. Apa penyebabnya? Salah satunya adalah desain interaksi yang kurang ramah pengguna.

Meskipun telah menggunakan teknologi modern, namun pengalaman belajar yang didapat mahasiswa masih kurang. Hal tersebut terjadi karena e-learning yang digunakan masih memiliki kekurangan seperti navigasi yang tidak jelas, materi pembelajaran yang digunakan masih tidak interaktif, serta kurangnya feedback yang didapatkan mahasiswa. 

Semestinya, e-learning seharusnya mampu membuka akses pendidikan yang lebih luas. Mendorong terciptanya pengetahuan dalam pendidikan untuk semua, sekaligus memperkuat pembangunan kapasitas mahasiswa. 

Sebuah penelitian kolaboratif yang dilakukan dari kolaborasi tim dosen dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dengan dosen Institut Agama Islam Tebo dan dosen Universitas Muhammadiyah Riau menemukan bahwa kualitas desain interaksi dalam platform e-learning sangat berpengaruh terhadap keterlibatan siswa. Kolaborasi ini dilakukan dengan tujuan peningkatan kapasitas terhadap e-learning 

Hasil penelitian menunjukkan, setelah platform e-learning diperbaiki dengan navigasi yang lebih jelas, video interaktif, serta penerapan sistem umpan balik secara real-time, sehingga durasi belajar siswa meningkat 74%. Partisipasi dalam forum diskusi meningkat 61%, dan angka kelulusan kursus melonjak hampir 50%. Dari data tersebut, membuktikan bahwa desain interaksi bukan sekadar tambahan estetika, melainkan penentu keberhasilan pembelajaran online.

Mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian ini mengaku lebih semangat karena merasa platform pembelajaran menjadi lebih hidup, mudah digunakan, dan mendukung kebutuhan mereka. Para dosen pun merasakan perubahan seperti adanya interaksi yang lebih bermakna, akses materi lebih lancar, dan keterlibatan mahasiswa lebih tinggi.

Fenomena ini menegaskan satu hal: teknologi pendidikan tidak cukup hanya menyediakan materi. Cara materi itu “dihidangkan” jauh lebih penting. Navigasi yang jelas mengurangi kebingungan, multimedia interaktif membuat belajar terasa menyenangkan, dan umpan balik instan memberi motivasi untuk terus maju.

Temuan tersebut menegaskan bahwa teknologi pendidikan tidak cukup hanya menyajikan materi, melainkan juga harus memperhatikan cara penyajiannya. Navigasi yang terstruktur mengurangi kebingungan, penggunaan multimedia interaktif membuat pembelajaran lebih menarik, dan pemberian umpan balik secara langsung meningkatkan motivasi mahasiswa untuk menyelesaikan proses belajar.

Kesimpulannya, efektivitas e-learning tidak hanya ditentukan oleh kualitas konten, tetapi juga oleh pengalaman belajar secara menyeluruh. Desain interaksi yang baik dapat menjadi penghubung antara teknologi dan kebutuhan pembelajar, sehingga proses belajar daring dapat berlangsung lebih efektif, menarik, dan berkesinambungan.(***)