DIABETES Melitus (DM) masih menjadi salah satu masalah kesehatan global yang serius. Penyakit metabolik ini ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah akibat gangguan sekresi maupun fungsi insulin. Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes dapat memicu komplikasi berbahaya seperti luka kaki diabetes, penyakit jantung, stroke, hingga gangren.

Di Indonesia, jumlah penderita DM terus meningkat. Data International Diabetes Federation (2021) mencatat 537 juta orang di dunia hidup dengan diabetes, dan Indonesia menempati peringkat kelima dengan 19,47 juta penderita. Bahkan, di Jawa Timur prevalensi DM mencapai 2,1%, lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 1,5%. Di Surabaya sendiri, tercatat ada 94.624 penderita diabetes.

Pengelolaan diabetes bukanlah perkara mudah. Penderita harus mematuhi empat pilar utama, yaitu: pendidikan kesehatan, perencanaan makan, olahraga teratur, dan konsumsi obat atau insulin seumur hidup. Namun, rutinitas ini sering dianggap membosankan sehingga banyak pasien merasa stres dan akhirnya kurang patuh.

Di sinilah peran keluarga menjadi sangat penting. Edukasi yang melibatkan keluarga, dikenal sebagai coaching support, dapat membantu penderita DM lebih konsisten dalam menjalani pengobatan. Coaching support bukan hanya sekadar memberikan informasi, tetapi juga membangun komitmen keluarga untuk mendampingi pasien dalam menerapkan empat pilar pengelolaan DM.

“Dengan dukungan keluarga, penderita diabetes akan merasa lebih diperhatikan dan termotivasi untuk mematuhi pengobatan. Edukasi ini dilakukan secara bertahap agar pasien sadar akan penyakitnya dan berperilaku lebih sehat,” jelas Nur Ainiyah, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh tim dosen Unusa: Nur Ainiyah, S.Kep., Ns., M.Kep., Chilyatiz Zahroh, S.Kep.Ns., M.Kep., dan Diah Retno Kusumawati, dr., M.Ked.Trop., Sp.MK. Kegiatan ini berfokus pada pemberdayaan keluarga sebagai pendamping utama penderita DM agar pasien lebih mandiri dan kualitas hidupnya meningkat.

Upaya ini sejalan dengan SDG 3: Good Health and Well-Being (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) yang menekankan pentingnya pencegahan penyakit tidak menular serta peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Dengan dukungan keluarga melalui coaching support, diharapkan penderita diabetes tidak lagi merasa sendirian dalam menghadapi penyakitnya. Sebaliknya, mereka dapat lebih semangat menjalani hidup sehat dan terhindar dari komplikasi.(***)