KESEHATAN mental lansia seringkali luput dari perhatian, padahal menjadi faktor penting dalam menentukan kualitas hidup mereka. Salah satu masalah yang paling umum dialami oleh lansia adalah depresi. Sayangnya, depresi pada orang tua kerap disalahartikan sebagai bagian dari proses penuaan, sehingga tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Data menunjukkan bahwa di negara-negara Asia, prevalensi depresi pada lansia cukup tinggi, berkisar antara 12% hingga 34%. Di Indonesia angka ini mencapai 33,8%, Jepang 30,3%, Malaysia 27,8%, dan Sri Lanka 27,8%. Kondisi ini jelas menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius karena depresi tidak hanya menurunkan kualitas hidup, tetapi juga meningkatkan ketergantungan lansia terhadap orang lain.
Fenomena tersebut juga tampak di Kampung Puncak Alam, Selangor, Malaysia, di mana masih banyak lansia yang tinggal sendiri di rumah teras. Tidak sedikit dari mereka ditinggalkan oleh keluarga dan minim dukungan layanan kesehatan. Akibatnya, kesepian dan tekanan psikologis semakin memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.
Melihat permasalahan ini, tim dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) yang terdiri dari Syiddatul Budury, S.Kep.Ns., M.Kep., Difran Nobel Bistara, S.Kep., Ns., M.Kep., dan Nur Ainiyah, S.Kep., Ns., M.Kep., bersama mahasiswa, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa intervensi sederhana namun bermakna. Mereka memperkenalkan dua metode untuk membantu mengurangi gejala depresi pada lansia, yaitu menulis ekspresif dan mendengarkan musik.
“Melalui menulis ekspresif, lansia diajak menuangkan perasaan yang sulit mereka ungkapkan secara langsung. Sedangkan mendengarkan musik dapat memberikan ketenangan, memicu memori positif, dan membuat mereka merasa lebih dihargai,” jelas Syiddatul Budury.
Intervensi ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan mental lansia sehingga mereka tetap dapat menikmati masa tua dengan lebih bahagia. Upaya ini juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Good Health and Well-Being (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), yang menekankan pentingnya kesehatan fisik maupun mental bagi semua kelompok usia.
Dengan dukungan sederhana seperti ekspresi diri dan terapi musik, lansia tidak hanya bisa mengurangi rasa sepi, tetapi juga mendapatkan kembali semangat hidup mereka.(***)