Menstruasi merupakan proses alami yang dialami setiap perempuan sebagai tanda kematangan fungsi reproduksi. Bagi sebagian besar remaja putri, menstruasi bukan sekadar siklus bulanan, tetapi juga fase yang menyakitkan. Banyak dari mereka mengalami dismenorea atau nyeri menstruasi yang bisa sangat mengganggu aktivitas. Mulai dari sulit berkonsentrasi saat belajar, susah tidur, hingga pingsan karena rasa sakit yang luar biasa.

Melihat fenomena tersebut, lima dosen dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FKK Unusa), yaitu Siska Nurul Abidah, SST.Keb., M.Tr.Keb, Esty Puji Rahayu, SST., M.Kes., Lailatul Khusnul Rizki, SST., M.P.H, Yati Isnaini Safitri, SST., Bdn., M.Kes, dan dr. Fathimah Zahra, Sp.OG, memberikan penyuluhan mengenai penanganan nyeri menstruasi secara non farmakologis. Program pengabdian masyarakat ini menyasar remaja putri di RW 02 Kelurahan Pacarkembang, Surabaya yang berlangsung selama satu bulan dengan total 25 peserta.

Kegiatan ini mengedepankan dua metode penanganan non farmakologi yang terbukti aman dan mudah dilakukan. Yakni SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dan aromaterapi. Melalui sesi edukasi dan praktik langsung, para remaja diajak mengenal cara mengelola nyeri menstruasi tanpa harus bergantung pada obat-obatan.

SEFT adalah teknik penyembuhan sederhana yang dilakukan dengan mengetuk titik-titik energi pada tubuh sambil mengucapkan afirmasi positif. Metode ini tidak memerlukan alat khusus dan dapat dipraktikkan sendiri di rumah, kapanpun dibutuhkan. 

Sementara itu, aromaterapi menggunakan minyak esensial yang dihirup untuk membantu tubuh merasa lebih rileks dan mengurangi rasa nyeri. Kombinasi keduanya memberikan efek fisik dan psikologis yang positif bagi remaja putri.

Sebelum mendapat edukasi, hanya 25% peserta yang memahami cara menangani dismenorea. Setelah program berlangsung dan para peserta mengikuti edukasi serta praktik SEFT dan aromaterapi, angka tersebut melonjak menjadi 85%. Artinya, ada peningkatan signifikan dalam pengetahuan remaja putri mengenai cara mengatasi nyeri menstruasi secara mandiri dan aman.

“Dengan SEFT dan aromaterapi, remaja putri bisa memiliki pilihan penanganan yang lebih ramah tubuh dan terjangkau, tanpa harus bergantung pada obat-obatan yang memiliki efek samping,” ujar Siska Nurul Abidah selaku salah satu dosen pelaksana kegiatan.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3 (Good Health and Well-being), yang menekankan pentingnya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, termasuk kelompok remaja. Selain itu, kegiatan ini juga berkaitan dengan SDG 4 (Quality Education) karena memberikan edukasi berbasis keterampilan hidup yang penting untuk keberlangsungan kesehatan remaja perempuan.

Melalui program ini, Unusa tidak hanya mengedukasi, tetapi juga memberdayakan. Remaja putri yang dulunya hanya bisa pasrah saat nyeri datang, kini menjadi lebih siap dan percaya diri menghadapi siklus bulanan mereka. Diharapkan, metode ini bisa terus digunakan dan disebarluaskan agar semakin banyak remaja putri terbantu dalam mengelola nyeri menstruasi dengan cara yang sehat, aman, dan menyenangkan. (***)