Bangkalan – Masalah merokok pada remaja masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2024 remaja perokok aktif mengonsumsi rata-rata 12 batang rokok setiap hari dan sekitar 23,08% remaja Indonesia tercatat sebagai perokok aktif.. Angka ini tentu mengkhawatirkan, mengingat kelompok usia remaja yang dimaksud berada di rentang usia 16 hingga 30 tahun.

Perilaku merokok ini tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko kanker paru-paru, kanker mulut, kanker prostat, penyakit jantung koroner, hingga pneumonia, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup dan prestasi, terutama bagi kalangan santri di pesantren. Beberapa santri yang merokok diketahui lebih mudah sakit, mengalami gangguan tidur (insomnia), masalah mental, jerawat berlebih, dan plak pada gigi.

Melihat kondisi tersebut, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FK Unusa), mengambil langkah nyata dengan melakukan pengabdian masyarakat berupa edukasi bahaya merokok kepada para santri. Kegiatan ini dilaksanakan pada 23 Mei 2023 di Pondok Pesantren Al Hikam, Bangkalan, dan diikuti oleh 35 santri.

Yang menarik, pendekatan yang digunakan bukan hanya penyuluhan satu arah, melainkan menggunakan metode eksperimen sederhana. Para santri diajak membuat simulasi paru-paru menggunakan botol, kapas, dan korek. Dalam simulasi ini, kapas dalam botol akan berubah warna menjadi hitam setelah beberapa kali terkena asap rokok, menggambarkan kondisi paru-paru perokok yang rusak akibat paparan asap terus-menerus.

Kegiatan ini juga mendukung pencapaian beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain: SDGs 3: Good Health and Well-Being, dengan upaya menciptakan kehidupan yang sehat dan sejahtera; SDGs 4: Quality Education, melalui penyuluhan yang meningkatkan pengetahuan santri; serta SDGs 17: Partnerships for the Goals, dengan kolaborasi antara Unusa dan Pondok Pesantren Al Hikam sebagai mitra kegiatan.Metode ini terbukti efektif. Para santri menjadi lebih memahami dampak nyata rokok terhadap tubuh manusia. Bahkan, berdasarkan hasil evaluasi, melalui post test, terjadi peningkatan nilai rata-rata pemahaman santri sebesar 9,7% setelah mengikuti kegiatan ini. (***)